Rabu, 11 Desember 2013

Fakta Penyebab Mutu Indonesia Rendah

1. PEMBELAJARAN HANYA PADA BUKU PAKET
Di Indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? 'TIDAK'. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi "ACUAN" pengajaran guru. Sebagian Guru tidak pernah mencari sumber refrensi lain sebagai acuan belajar.

2. PEMBELAJARAN DENGAN METODE CERAMAH
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tenaga, dan tanpa persiapan yang rumit, Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar di kuasai sebagian besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan alam lingkungan sekitar? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya? Mungkin hanya sebagian kecil guru yang melakukan hal-hal tersebut. Dan mungkin "BIAYA" yang menjadi alasannya.

3. KURANGNYA SARANA BELAJAR
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Pemerintah yang semangat memberikan pelatihan pengajaran yang PAiKEM (Dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAiKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan hanya berupa ocehan belaka.

4. GURU TIDAK MENANAMKAN SOAL "BERTANYA"
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah di seragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. Seolah-Olah anak dipaksa mendengarkan dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tidak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

5. METODE PERTANYAAN TERBUKA TIDAK DIPAKAI
Salah satu ciri negara FINLANDIA yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikanya adalah dalam ujian guru memberikan soal terbuka, siswa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Sedangkan di Indonesia? Tidak mungkin, guru pasti sudah berfikir, "nanti banyak yang nyontek dong," begitu kata seorang guru. Guru indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira alasan guru sekarang.

6. FAKTA TENTANG MENYONTEK
Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi, guru tidak akan lelah untuk memperingatkannya, Tapi apakah kalian tahu kalau "guru juga menyontek"? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang diikuti guru, menyontek telah merasuki sosok guru. Guru saja menyontek apalagi siswanya ????
Elegant Rose - Double Heart

https://twitter.com/WAdistya